MITOS
a. Pengertian mitos
Mitos merupakan sarana masyarakat kuno untuk menemukan kebenaran dalam suatu kehidupan. Mitos biasanya diiringi pelaksanaan upacar religius karena pada saat upacara religius, manusia akan memulihkan kembali dimensi sakral dari keadaannya yang profan.
Mitos dari sebagian orang sering dianggap benar karena mujarab dan biasanya memberikan pengaruh bagi masyarakat, ini terjadi bukan karena mitos tersebut banyak memberikan fakta – fakta akan tetapi mitos tersebut benar – benar di percayai sebagian orang dalam masyarakat. Biasanya kebenaran terhadap mitos tersebut terwujud jika si pelaku melaksanakan ritual – ritual tertentu. Karena dengan upacara ritual tersebut mereka dapat menarik makna dari berbagai mitos yang berkembang dalam masyarakat.
Mitos akan dinyatakan gagal apabila mitos tersebut tidak bisa memberikan penjelasan yang mendalam tentang kehidupan manusia, akan tetapi apabila mitos tersebut dapat mendesak manusia atau memaksa manusia untuk merubah pikirannya dan tingkah laku maka mitos tersebut dianggap benar,
Pada umumnya mitos berfungsi untuk memperpanjang harapan manusia yang mengalami kekerasan, ketertindasan dan ketakutan, mitos juga berfungsi untuk memandu manusia dalam bertindak terhadap kehidupan sehari – harinya.
b. Mitos budaya indonesia
Negara indonesia memiliki wilayah yang sangat luas di bandingkan dengan negara lain yang ada di dunia ini dan negara indonesia juga merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak, hal inilah yang menyebabkan negara indonesia memiliki kultur budaya yang sangat banyak, seperti mitos – mitos yang berbeda di setiap daerahnnya.
Pada penulisan kali ini saya akan mencoba memberikan contoh – contoh budaya dari beberapa daerah sebagai berikut :
1. Budaya minangkabau
Minang kabau atau yang sering dikenal dengan sumatra barat merupakan daerah yang memiliki beberapa mitos yang masih berkembang di dalam masyarakat, mitos yang ada di daerah minangkabau ada yang berupa cerita, syair, pantun, dan upacara sakral seperti upacar tabuik yang ada di pariaman dan ada yang berbentuk cerita seperti cerita ungku saliah.
Sebenarnya tokoh ungku saliah benar – benar ada dalam masyarakat sungai sariak yang merupakan suatu daerah di sumatra barat, ungku saliah gemar berjalan dan berbelanja ke pasar, dia selalu jadi perbincangan para pedagang karena ungku saliah sering mebayar barang belanja yang tidak sesuai dengan harga yang di tetapkan penjual.
Ungku saliah di anggap keramat karena apabila para pedagang mengikuti apa yang ia inginkan maka dagangan mereka akan laris terjual, dan apabila tidak maka pedagang tersebut akan mengalami kerugian dan cerita tersebut terus berkembang di dalam masyarakat.
Akibat mitos yang berkembang tersebut banyak dari pedagang pariaman menggantung foto ungku saliah di rumah atau di tempat dia berdagang karena ungku saliah di anggap keramat, foto tersebut bertujuan agar menambah kekuatan berdagang dan melariskan dagangan mereka.
Dan ada lagi mitos yang berbentuk pendidikan seperti mitos yang mengatakan tidak boleh membiarkan nasi menangis (basi) yang sering di ajarkan kepada anak – anak, yang tujuan sebenarnya adalah agar anak – anak tersebut bisa mensyukuri nikmat yang telah di berikan.
2. Budaya jawa
Pada umumnya mitos di abadikan dalam berbagai kesenian jawa, mitos – mitos tersebut terinspirasi dari kitab Mahabharat dan Ramayana, dimana kehidupan manusia dilihat sebagai pertarungan atau pertempuran antara kekacauan dan keselarasan.
Daya tarik mitos mahabrata yang di ceritakan dalam bentuk lakon wayang akan bisa kita temui dalam adengan – adengan yang mencerminkan atau membayangkan hidup manusian yang nyata.
Pada budaya jawa kekuatan mitos Mahabharata, tak kalah bagusnya ketika lakon wayang di pergunaka dalam berbagai ritual jawa, termasuk ritual selamatan dan ruwatan, pengetahuan dan penggunaannya merupakan tujuan dari ngelmu kejawen yang telah tumbuh dan berkembang dalam budaya jawa.
Ritual – ritual tersebut dilaksanakan untuk mengadakan keselarasan antara makrokosmos dan mikrokosmos, makrokosmos dalam pikiran orang jawa adalah sikap dan pandangan hidup terhadap alam semesta yang yang mengandung kekuatan supranatural dan penuh dengan hal – hal yang sangat misterius dan mikrokosmos adalah sikap dan pandangan terhadap dunia nyata.
Mitos di dalam budaya jawa tidak muncul dalam kekosongan (vacuum) ada berbagai hal yang memicu serta melanggengkan mitos, salah satunya adalah ketertindasan.
Telah di kaji pada mitos ratu adil dan gelombang – gelombang gerakan anti-kilonialisme. Di Jawa Barat, misalnya ratu adil yang sangat di yakini masyarakat yang tertindas oleh penjajah Belanda, mitos ratu adil mempengaruhi semangat masyarakat untuk memberontak dalam upaya menggulingkan pemerintah belanda.
Ratu adil merupakan pemimpin masyarakat sehingga tercapai kedamaian dan kesejahteraan. Dia merupakan tokoh yang hidup yang di percayai tokoh yang hidup yang di berikan wahyu dan direstui para dewa – dewi untuk memimpin masyarakat, dan masih banyak lagi mitos - mitos yang ada di daerah jawa lainnya.
3. Budaya kalimantan
Kalimantan memiliki sebuah suku yang terkenal yaitu suku dayak, suku dayak mempunyai banyak mitos di dalam lisan, pantun dan lagu – lagu yang nilainya penting dari sudut pandang budaya, sastra lisan dalam bentuk lagu di gunakan dalam pada waktu tertentu, seperti lagu – lagu yang dinyanyikan saat pesta, pada saat panen dan pada waktu mengobati orang. Dukun atau yang di kenal dengan gelar balian menyanyikan lagu ritual dan mengucapkan mantra spiritual untuk menyenangkan roh atau malaikat baik dan juga untuk mengusir roh jahat.
Pada sastra lisan pada umumnya berbentuk dongeng – dongeng dengan nilai – nilai moran yang kuat yang di ceritakan ketika semua warga desa berkumpul pada waktu malam, ada satra lisan yang di ungkapkan pada waktu memakamkan jenazah dan upacara tertentu dan juga ada sastra lisan dalam bentuk pantun seperti yang di kenal dalam sastra melayu.
4. Budaya bali
Mitos dalam budaya dan masyarakat bali ditemukan dalam bentuk bahasa (verbal) yang lisan tidak di bicarakan secara mendalam, dan juga di temukan dalam bentuk pertunjukan topeng atau arja yang menggunakan simbol – simbol mitos di sertai dengan ujaran – ujaran lisan, seperti pementasan sendratari mahabharata yang mengisahkan tokoh bima dengan mitos – mitosnya.
Misalnya mitos – mitos yang di kisahkan tersebut seperti mitos tentang kain poleng (hitam – putih) yang selalu digunakan oleh tokoh Bhima, yang terselip mitos seperti :
Setelah sang Bima direstui oleh ibu kunti kawin dengan Hidimbi, maka Hidimbi bersama sang bima memohon izin untuk pergi berbulan madu di pucak gunung. Disanalah Hidimbi mengajukan permohonan pada sang Bhima, yaitu “suamiku sang Bhima, jika kakak mampu membuatkan saya putra laki – laki dalam satu hari dan setelah dewasa, saya bersedia membuatkan kain poleng sepanjang 1600 dapa”.
Selain itu di budaya bali juga terdapat mitos yang berhubungan dengan pendidikan seperti mitos tentang larangan duduk di atas bantal, yang tujuannya agar kita tau kalaw bantal adalah simbol kepala yang merupakan bagian tubuh yang paling di hormati manusia, memduduki bantal berarti membiasakan diri untuk tidak menghormati bagian tubuh yang sakral, lebi – lebih kepala orang tua, dalam budaya bali kepala orang tua tidak boleh sembarangan dipegang, apa lagi oleh anak – anak.
Dan masih banyak lagi mitos – mitos yang ada di budaya bali tersebut ada yang berbentuk kata – kata, ada juga mitos yang berhubungan dengan pelestarian kera hutan dan kain poleng dan itu semua merupakan mitos – mitos yang masih dapat bertahan pada saat sekarang ini.
5. Budaya jambi
Daerah jambi memiliki sebuah suku yang bersifat unik seperti suku kubu, dan suku tersebut juga memiliki beberapa mitos – mitos yang berkembang di daerah tersebut, seperti mitos tentang garis keturunan orang kubu yang diceritakan kepada damste’ oleh kepala laras Datoeq padako Soetan yang di ceritakan seperti sebuah kisah ketika waktu lampau daulat yang dipertuan di Pagaruyung duduk di batu di pinggiran sungai setelah dia solat.
Kemudian dia masukkan sihir ke dalam mulut, kemudian dia mengeluarkannya, selanjutnya batu yang dia duduki bergerak dan dia sadar sebenarnya dia duduk di atas kura – kura besar yang ada di sungai, dengan kekuasaan allah kura – kura tersebut hamil dan melahirkan anak manusia laki – laki yang di sebabkan karena menelan sihir yang di keluarkan oleh raja.
Pada suatu hari anak tersebut di tanya raja siapakah bapak dari anak tersebut, kemudian anak tersebut menunjuk raja, dia sangat heran dan bertanya bagaimana dia menjadi bapak anak kura – kura, anak tersebut bercerita ketika raja duduk di atas dan mengeluarkan sirihnya yang di telan ibunya, dan lansung hamil dan melahirkan dia, kemudian raja berfikir beberapa saat dan berkata bahwa sebenarnya anak itu benar dan peristiwa itu terjadi.
Lalu raja mengumumkan kepada rakyat bahwa anak tersebut, yang ibunya tenggelam waktu banjir adalah benar – benar anaknya dan kemudian raja juga mengabarkan bahwa anak tersebut akan menjadi raja di negeri dari Kota Tujuh, Sembilan Kota, Pitajim Muara Sebo, Sembilan Luruh sampai daerah terpencil di jambi.
Kemudian setelah beberapa tahun kemudian masyarakat mengetahui bahwa anak tersebut adalah keturunan dari kura – kura, setelah mereka tau mereka tidak setuju dan tidak menerima raja yang keturunan kura – kura sebagai raja mereka, lalu mereka menyingkir ke hutan dan hidup di sana.
Sebenarnya budaya yang ada di daerah jambi memilki kesamaaan dengan budaya minangkabau karena kedekatan antar wilayah tersebut, sehingga menyebabkan adanya persamaan budaya.
Dari mitos – mitos yang ada di lima daerah di atas kita dapat menyimpulkan
bahwa sebenarnya mitos adalah sebuah sarana masyarakat dalam mencapai kebenaran dalam kehidupan bermasyarakat, dan mitos – mitos tersebut ada yang memiliki unsur baik dan buruknya, tergantung kita memahami makna dari setiap mitos – mitos yang ada pada suatu daerah tersebut.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar