Selasa, 27 Maret 2012

PROSA



PROSA

Prosa merupakan sebuah karya satra yang telah berkembang dari dulu hingga sampai saat sekarang ini, sehingga prosa dapat juga kita kelompokkan menjadi dua kelompok yaitu prosa lama, dan prosa baru. Menurut Dr. J. S. Badudu perbedaan dari prosa lama dan prosa baru adalah

1.      Prosa lama
a.       Prosa lama cenderung bersifat statis.
b.      Prosa lama bersifat istanasentris.
c.       Berbentuk hikayat, tambo, dongeng, legenda, fabel dan sebagainya.
d.      Di pengaruhi oleh kesusastaraan Hindu dan Arab.
e.       Milik bersama.

2.      Prosa baru
a.       Prosa baru sering bersifat dinamis.
b.      Bersifat masyarakat sentris
c.       Berbentuk roman, novel, cerpen, drama. Berjejak di dunia nyata berdasarkan kebenaran dan kenyataan.
d.      Di pengaruhi kesusastraan Barat.
e.       Bersifat tertulis.


Contoh prosa lama dalam bentuk Hikayat :

Hikayat Amir

Dahulu kala di Sumatra, hiduplah seorang saudagar yang bernama Syah Alam. Syah Alam mempunyai seorang anak bernama Amir, Amir tidak menghargai uangnya dengan baik. Setiap hari dia membelanjakan uang yang diberi ayahnya, karena sayangnya pada Amir, Syah Alam tidak pernah memarahinya, Syah Alam hanya bisa mengelus dada.
Lama-kelamaan Syah Alam jatuh sakit semakin hari sakitnya semakin parah. Banyak uang yang dikeluarkan untuk pengobatan, tetapi tidak kunjung sembuh. Akhirnya mereka jatuh miskin.
Penyakit Syah Alam semakin parah, sebelum meninggal, Syah Alam berkata”Amir, Ayah tidak bisa memberikan apa-apa lagi padamu, engkau harus bisa membangun usaha lagi seperti Ayah dulu, jangan kau gunakan waktumu sia-sia. Bekerjalah yang giat, pergi dari rumah usahakan engkau terlihat oleh bulan, jangan terlihat oleh matahari.”
”Ya, Ayah. Aku akan turuti nasihatmu.”                                       
Sesaat setelah Syah Amir meninggal, ibu Amir juga sakit parah dan akhirnya meninggal. Sejak itu Amir bertekad untuk mencari pekerjaan. Ia teringat nasihat ayahnya agar tidak terlihat matahari, tetapi terlihat bulan. Oleh sebab itu, kemana-mana ia selalu memakai payung.
Pada suatu hari, Amir bertemu dengan Nasrudin, seorang menteri yang pandai, Nasarudin sangat heran dengan pemuda yang selalu memakai payung itu. Nasarudin bertanya kenapa dia berbuat demikian.
Amir bercerita alasannya berbuat demikian. Nasarudin tertawa. Nasarudin berujar, ” Begini, ya., Amir. Bukan begitu maksud pesan ayahmu dulu. Akan tetapi, pergilah sebelum matahari terbit dan pulanglah sebelum malam. Jadi, tidak mengapa engkau terkena sinar matahari. ”
Setelah memberi nasihat, Nasarudin pun memberi pinjaman uang kepada Amir. Amir disuruhnya berdagang sebagaimana dilakukan ayahnya dulu.
Amir lalu berjualan makanan dan minuman. Ia berjualan siang dan malam. Pada siang hari, Amir menjajakan makanan, seperti nasi kapau, lemang, dan es limau. Malam harinya ia berjualan martabak, sekoteng, dan nasi goreng. Lama-kelamaan usaha Amir semakin maju. Sejak it, Amir menjadi saudagar kaya.
   
Keburukan :
            Amir merupakan orang yang tidak mau menghargai apa yang telah di anugrahkan allah kepada dia, sehingga dia hanya menghabiskan apa yang telah di berikan oleh orang tuannya, yang semuanya itu membuat dia untuk malas berkerja dan selalu bergantung pada ayahnya yang kaya, tetapi amir lupa bahwasannya apa yang telah dimiliki oleh ayahnya belum tentu dia akan mendapatkan yang demikian juga.

Kebaikan :
            Dari cerita Amir di atas kita juga dapat hikmah kebaikannya, ketika Amir telah mendapatkan apa yang telah ia lakukan sebelumnya amir sadar dan termotivasi untuk bekerja demi memenuhi amanah yang telah di berikan ayahnya, yang berpesan untuk mengembalikan apa yang telah di capai ayahnya dulu dan bekerja dengan tekun, bekerja sebelum terbit matahari hingga pulanglah sebelum malam. Dengan amanah yang telah di berikan ayahnya ini sehingga dia giat bekerja dan selalu melakukan pekerjaan dengan kegigihan dan ketekunan. berkat kegigihan dan ketekunannya shingga Amir dapat mengembalikan keberhasilan yang telah di capai oleh ayahnya.   

Kesimpulan :
            Kesalah yang telah kita lakukan sebelumnya, bukan berarti akan menjadi penghalang untuk kita berubah di kemudian harinya. Dan jadikanlah kesalah yang telah kita lakukan sebagai motivasi kita untuk kedepannya dengan demikian kita akan mendapatkan apa yang menjadi tujuan kita.


Contoh prosa baru yang berbentuk cerpen :

Sahabat Sejati

Betapa enak menjadi orang kaya. Semua serba ada. Segala keinginan terpenuhi. Karena semua tersedia. Seperti Iwan. Ia anak konglomerat. Berangkat dan pulang sekolah selalu diantar mobil mewah dengan supir pribadi.
Meskipun demikian ia tidaklah sombong. Juga sikap orang tuanya. Mereka sangat ramah. Mereka tidak pilih-pilih dalam soal bergaul. Seperti pada kawan kawan Iwan yang datang ke rumahnya. Mereka menyambut seolah keluarga. Sehingga kawan-kawan banyak yang betah kalau main di rumah Iwan.
Iwan sebenarnya mempunyai sahabat setia. Namanya Momon. Rumahnya masih satu kelurahan dengan rumah Iwan. Hanya beda RT. Namun, sudah hampir dua minggu Momon tidak main ke rumah Iwan.
“Ke mana, ya,Ma, Momon. Lama tidak muncul. Biasanya tiap hari ia tidak pernah absen. Selalu datang.”
“Mungkin sakit!” jawab Mama.
“Ih, iya, siapa tahu, ya, Ma? Kalau begitu nanti sore aku ingin menengoknya!” katanya bersemangat
Sudah tiga kali pintu rumah Momon diketuk Iwan. Tapi lama tak ada yang membuka. Kemudian Iwan menanyakan ke tetangga sebelah rumah Momon. Ia mendapat keterangan bahwa momon sudah dua minggu ikut orang tuanya pulang ke desa. Menurut kabar, bapak Momon di-PHK dari pekerjaannya. Rencananya mereka akan menjadi petani saja. Meskipun akhirnya mengorbankan kepentingan Momon. Terpaksa Momon tidak bisa melanjutkan sekolah lagi.
“Oh, kasihan Momon,” ucapnya dalam hati,
Di rumah Iwan tampak melamun. Ia memikirkan nasib sahabatnya itu. Setiap pulang sekolah ia selalu murung.
“Ada apa, Wan? Kamu seperti tampak lesu. Tidak seperti biasa. Kalau pulang sekolah selalu tegar dan ceria!” Papa menegur
“Momon, Pa.”
“Memangnya kenapa dengan sahabatmu itu. Sakitkah ia?”
Iwan menggeleng.
“Lantas!” Papa penasaran ingin tahu.
“Momon sekarang sudah pindah rumah. Kata tetangganya ia ikut orang tuanya pulang ke desa. Kabarnya bapaknya di-PHK. Mereka katanya ingin menjadi petani saja”.
Papa menatap wajah Iwan tampak tertegun seperti kurang percaya dengan omongan Iwan.
“Kalau Papa tidak percaya, Tanya, deh, ke Pak RT atau ke tetangga sebelah!” ujarnya.
“Lalu apa rencana kamu?”
“Aku harap Papa bisa menolong Momon!”
“Maksudmu?”
“Saya ingin Momon bisa berkumpul kembali dengan aku!” Iwan memohon dengan agak mendesak.
“Baiklah kalau begitu. Tapi, kamu harus mencari alamat Momon di desa itu!” kata Papa.
Dua hari kemudian Iwan baru berhasil memperoleh alamat rumah Momon di desa. Ia merasa senang. Ini karena berkat pertolongan pemilik rumah yang pernah dikontrak keluarga Momon.
Kemudian Iwan bersama Papa datang ke rumah Momon di wilayah Kadipaten. Namun lokasi rumahnya masih masuk ke dalam. Bisa di tempuh dengan jalan kaki dua kilometer. Kedatangan kami disambut orang tua Momon dan Momon sendiri. Betapa gembira hati Momon ketika bertemu dengan Iwan. Mereka berpelukan cukup lama untuk melepas rasa rindu.
Semula Momon agak kaget dengan kedatangan Iwan secara mendadak. Soalnya ia tidak memberi tahu lebih dulu kalau Iwan inginberkunjung ke rumah Momon di desa.
“Sorry, ya, Wan. Aku tak sempat memberi tahu kamu!”
“Ah, tidak apa-apa. Yang penting aku merasa gembira. Karena kita bisa berjumpa kembali!”
Setelah omong-omong cukup lama, Papa menjelaskan tujuan kedatangannya kepada orang tua Momon. Ternyata orang tua Momon tidak keberatan, dan menyerahkan segala keputusan kepada Momon sendiri.
“Begini, Mon, kedatangan kami kemari, ingin mengajak kamu agar mau ikut kami ke Bandung. Kami menganggap kamu itu sudah seperti keluarga kami sendiri. Gimana Mon, apakah kamu mau?” Tanya Papa.
“Soal sekolah kamu,” lanjut Papa, “kamu tak usah khawatir. Segala biaya pendidikan kamu saya yang akan menanggung.”
“Baiklah kalau memang Bapak dan Iwan menghendaki demikian, saya bersedia. Saya mengucapkan banyak terima kasih atas kebaikan Bapak yang mau membantu saya.”
Kemudian Iwan bangkit dari tempat duduk lalu mendekat memeluk Momon. Tampak mata Iwan berkaca-kaca. Karena merasa bahagia.Akhirnya mereka dapat berkumpul kembali. Ternyata mereka adalah sahabat sejati yang tak terpisahkan.
Kini Momon tinggal di rumah Iwan. Sementara orang tuanya tetap di desa. Selain mengerjakan sawah, mereka juga merawat nenek Momon yang sudah tua

Keburukan :
Mukin dari cerita di atas kita tidak dapat melihat keburukan dari seorang Iwan maupun Momon, akan tetapi sedikit keburukan ketika ayah Momon memilih untuk pulang ke kampung dan menyebabkan Momon putus dari sekolahnya, ayahnya Momon tidak optimis dan mau berusaha untuk pekerjaan yang lainnya, sehingga Momon berhenti dari sekolah, dan ikut ayahnya bertani di kampungnya yang kemudian Haknya Momon untuk belajar tidak bisa di penuhi.

Kebaikan  :
Dari cerita di atas kita dapat mengambil hikmah berupa kesetian terhadap sesama, dari cerita di atas kita juga dapat membedakan seorang Iwan dengan Amir pada cerita sebelumnya, Iwan patut kita contoh karena dengan semua yang dia miliki tidak membuat Iwan lupa dan sombong, dan Iwan mensyukuri kebahagian dia dengan berbagi dengan sesama, dapat kita lihat ketika Iwan mengajak Momo untuk bersekolah lagi dan tinggal di rumah Iwan melihatkan bahwa Iwan tidak lupa dengan orang – orang yang membutuhkan yang berada di sekitar dia dan mensyukuri nikmat yang telah di berikan allah.

Kesimpulan :
            Kebahagian akan di dapat ketika kita dapat memebantu orang yang membutuhkan pertolongan kita.


Sumber :
Bina Bahasa dan Sastra Indonesia kelas IV: Erlangga
http://melatiwijayanti.blogspot.com/2008/12/contoh-cerpen.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar