PROSA
Prosa merupakan sebuah
karya satra yang telah berkembang dari dulu hingga sampai saat sekarang ini,
sehingga prosa dapat juga kita kelompokkan menjadi dua kelompok yaitu prosa
lama, dan prosa baru. Menurut Dr. J. S. Badudu perbedaan dari prosa lama dan prosa
baru adalah
1. Prosa lama
a. Prosa
lama cenderung bersifat statis.
b. Prosa
lama bersifat istanasentris.
c. Berbentuk
hikayat, tambo, dongeng, legenda, fabel dan sebagainya.
d. Di
pengaruhi oleh kesusastaraan Hindu dan Arab.
e. Milik
bersama.
2.
Prosa baru
a. Prosa
baru sering bersifat dinamis.
b. Bersifat
masyarakat sentris
c. Berbentuk
roman, novel, cerpen, drama. Berjejak di dunia nyata berdasarkan kebenaran dan
kenyataan.
d. Di
pengaruhi kesusastraan Barat.
e. Bersifat
tertulis.
Contoh prosa lama dalam bentuk Hikayat :
Hikayat Amir
Dahulu kala di Sumatra, hiduplah seorang saudagar yang bernama Syah Alam.
Syah Alam mempunyai seorang anak bernama Amir, Amir tidak menghargai uangnya dengan baik. Setiap hari dia membelanjakan
uang yang diberi ayahnya, karena sayangnya pada Amir, Syah Alam tidak pernah
memarahinya, Syah Alam hanya bisa mengelus dada.
Lama-kelamaan Syah Alam jatuh sakit semakin hari sakitnya semakin parah. Banyak uang
yang dikeluarkan untuk pengobatan, tetapi tidak kunjung sembuh. Akhirnya mereka
jatuh miskin.
Penyakit Syah Alam semakin parah, sebelum meninggal, Syah Alam berkata”Amir, Ayah
tidak bisa memberikan apa-apa lagi padamu, engkau harus bisa membangun usaha lagi seperti Ayah
dulu, jangan kau
gunakan waktumu sia-sia. Bekerjalah yang giat, pergi dari rumah usahakan engkau terlihat
oleh bulan, jangan terlihat oleh matahari.”
”Ya, Ayah. Aku akan turuti
nasihatmu.”
Sesaat setelah Syah Amir meninggal, ibu Amir juga sakit parah dan akhirnya
meninggal. Sejak itu Amir bertekad untuk mencari pekerjaan. Ia teringat nasihat
ayahnya agar tidak terlihat matahari, tetapi terlihat bulan. Oleh sebab itu,
kemana-mana ia selalu memakai payung.
Pada suatu hari, Amir bertemu dengan Nasrudin, seorang menteri yang pandai, Nasarudin sangat heran
dengan pemuda yang selalu memakai payung itu. Nasarudin bertanya kenapa dia
berbuat demikian.
Amir bercerita alasannya berbuat demikian. Nasarudin tertawa. Nasarudin
berujar, ” Begini, ya., Amir. Bukan begitu maksud pesan ayahmu dulu. Akan tetapi,
pergilah sebelum matahari terbit dan pulanglah sebelum malam. Jadi, tidak
mengapa engkau terkena sinar matahari. ”
Setelah memberi nasihat, Nasarudin pun memberi pinjaman uang kepada Amir.
Amir disuruhnya berdagang sebagaimana dilakukan ayahnya dulu.
Amir lalu berjualan makanan dan minuman. Ia berjualan siang dan malam. Pada siang hari, Amir menjajakan makanan, seperti
nasi kapau, lemang, dan es limau. Malam harinya ia berjualan martabak,
sekoteng, dan nasi goreng. Lama-kelamaan usaha Amir semakin maju. Sejak it,
Amir menjadi saudagar kaya.
Keburukan :
Amir
merupakan orang yang tidak mau menghargai apa yang telah di anugrahkan allah
kepada dia, sehingga dia hanya menghabiskan apa yang telah di berikan oleh
orang tuannya, yang semuanya itu membuat dia untuk malas berkerja dan selalu bergantung
pada ayahnya yang kaya, tetapi amir lupa bahwasannya apa yang telah dimiliki
oleh ayahnya belum tentu dia akan mendapatkan yang demikian juga.
Kebaikan :
Dari
cerita Amir di atas kita juga dapat hikmah kebaikannya, ketika Amir telah
mendapatkan apa yang telah ia lakukan sebelumnya amir sadar dan termotivasi
untuk bekerja demi memenuhi amanah yang telah di berikan ayahnya, yang berpesan
untuk mengembalikan apa yang telah di capai ayahnya dulu dan bekerja dengan
tekun, bekerja sebelum terbit matahari hingga pulanglah sebelum malam. Dengan
amanah yang telah di berikan ayahnya ini sehingga dia giat bekerja dan selalu
melakukan pekerjaan dengan kegigihan dan ketekunan. berkat kegigihan dan
ketekunannya shingga Amir dapat mengembalikan keberhasilan yang telah di capai
oleh ayahnya.
Kesimpulan :
Kesalah
yang telah kita lakukan sebelumnya, bukan berarti akan menjadi penghalang untuk
kita berubah di kemudian harinya. Dan jadikanlah kesalah yang telah kita lakukan
sebagai motivasi kita untuk kedepannya dengan demikian kita akan mendapatkan
apa yang menjadi tujuan kita.
Contoh prosa baru yang berbentuk cerpen
:
Sahabat
Sejati
Betapa enak menjadi orang kaya.
Semua serba ada. Segala keinginan terpenuhi. Karena semua tersedia. Seperti
Iwan. Ia anak konglomerat. Berangkat dan pulang sekolah selalu diantar mobil
mewah dengan supir pribadi.
Meskipun demikian ia tidaklah sombong. Juga sikap
orang tuanya. Mereka sangat ramah. Mereka tidak pilih-pilih dalam soal bergaul.
Seperti pada kawan kawan Iwan yang datang ke rumahnya. Mereka menyambut seolah
keluarga. Sehingga kawan-kawan banyak yang betah kalau main di rumah Iwan.
Iwan sebenarnya mempunyai sahabat
setia. Namanya Momon. Rumahnya masih satu kelurahan dengan rumah Iwan. Hanya
beda RT. Namun, sudah hampir dua minggu Momon tidak main ke rumah Iwan.
“Ke mana, ya,Ma, Momon. Lama tidak
muncul. Biasanya tiap hari ia tidak pernah absen. Selalu datang.”
“Mungkin sakit!” jawab Mama.
“Ih, iya, siapa tahu, ya, Ma? Kalau
begitu nanti sore aku ingin menengoknya!” katanya bersemangat
Sudah tiga kali pintu rumah Momon
diketuk Iwan. Tapi lama tak ada yang membuka. Kemudian Iwan menanyakan ke
tetangga sebelah rumah Momon. Ia mendapat keterangan bahwa momon sudah dua
minggu ikut orang tuanya pulang ke desa. Menurut kabar, bapak Momon di-PHK dari
pekerjaannya. Rencananya mereka akan menjadi petani saja. Meskipun akhirnya
mengorbankan kepentingan Momon. Terpaksa Momon tidak bisa melanjutkan sekolah
lagi.
“Oh, kasihan Momon,” ucapnya dalam
hati,
Di rumah Iwan tampak melamun. Ia
memikirkan nasib sahabatnya itu. Setiap pulang sekolah ia selalu murung.
“Ada apa, Wan? Kamu seperti tampak
lesu. Tidak seperti biasa. Kalau pulang sekolah selalu tegar dan ceria!” Papa
menegur
“Momon, Pa.”
“Memangnya kenapa dengan sahabatmu
itu. Sakitkah ia?”
Iwan menggeleng.
“Lantas!” Papa penasaran ingin tahu.
“Momon sekarang sudah pindah rumah.
Kata tetangganya ia ikut orang tuanya pulang ke desa. Kabarnya bapaknya di-PHK.
Mereka katanya ingin menjadi petani saja”.
Papa menatap wajah Iwan tampak
tertegun seperti kurang percaya dengan omongan Iwan.
“Kalau Papa tidak percaya, Tanya,
deh, ke Pak RT atau ke tetangga sebelah!” ujarnya.
“Lalu apa rencana kamu?”
“Aku harap Papa bisa menolong
Momon!”
“Maksudmu?”
“Saya ingin Momon bisa berkumpul
kembali dengan aku!” Iwan memohon dengan agak mendesak.
“Baiklah kalau begitu. Tapi, kamu
harus mencari alamat Momon di desa itu!” kata Papa.
Dua hari kemudian Iwan baru berhasil
memperoleh alamat rumah Momon di desa. Ia merasa senang. Ini karena berkat
pertolongan pemilik rumah yang pernah dikontrak keluarga Momon.
Kemudian Iwan bersama Papa datang ke
rumah Momon di wilayah Kadipaten. Namun lokasi rumahnya masih masuk ke dalam.
Bisa di tempuh dengan jalan kaki dua kilometer. Kedatangan kami disambut orang
tua Momon dan Momon sendiri. Betapa gembira hati Momon ketika bertemu dengan
Iwan. Mereka berpelukan cukup lama untuk melepas rasa rindu.
Semula Momon agak kaget dengan
kedatangan Iwan secara mendadak. Soalnya ia tidak memberi tahu lebih dulu kalau
Iwan inginberkunjung ke rumah Momon di desa.
“Sorry, ya, Wan. Aku tak sempat
memberi tahu kamu!”
“Ah, tidak apa-apa. Yang penting aku
merasa gembira. Karena kita bisa berjumpa kembali!”
Setelah omong-omong cukup lama, Papa
menjelaskan tujuan kedatangannya kepada orang tua Momon. Ternyata orang tua
Momon tidak keberatan, dan menyerahkan segala keputusan kepada Momon sendiri.
“Begini, Mon, kedatangan kami
kemari, ingin mengajak kamu agar mau ikut kami ke Bandung. Kami menganggap kamu
itu sudah seperti keluarga kami sendiri. Gimana Mon, apakah kamu mau?” Tanya
Papa.
“Soal sekolah kamu,” lanjut Papa,
“kamu tak usah khawatir. Segala biaya pendidikan kamu saya yang akan
menanggung.”
“Baiklah kalau memang Bapak dan Iwan
menghendaki demikian, saya bersedia. Saya mengucapkan banyak terima kasih atas
kebaikan Bapak yang mau membantu saya.”
Kemudian Iwan bangkit dari tempat
duduk lalu mendekat memeluk Momon. Tampak mata Iwan berkaca-kaca. Karena merasa
bahagia.Akhirnya mereka dapat berkumpul kembali. Ternyata mereka adalah sahabat
sejati yang tak terpisahkan.
Kini Momon tinggal di rumah Iwan.
Sementara orang tuanya tetap di desa. Selain mengerjakan sawah, mereka juga
merawat nenek Momon yang sudah tua
Keburukan :
Mukin dari cerita di
atas kita tidak dapat melihat keburukan dari seorang Iwan maupun Momon, akan
tetapi sedikit keburukan ketika ayah Momon memilih untuk pulang ke kampung dan
menyebabkan Momon putus dari sekolahnya, ayahnya Momon tidak optimis dan mau
berusaha untuk pekerjaan yang lainnya, sehingga Momon berhenti dari sekolah,
dan ikut ayahnya bertani di kampungnya yang kemudian Haknya Momon untuk belajar
tidak bisa di penuhi.
Kebaikan :
Dari cerita di atas kita
dapat mengambil hikmah berupa kesetian terhadap sesama, dari cerita di atas
kita juga dapat membedakan seorang Iwan dengan Amir pada cerita sebelumnya,
Iwan patut kita contoh karena dengan semua yang dia miliki tidak membuat Iwan
lupa dan sombong, dan Iwan mensyukuri kebahagian dia dengan berbagi dengan
sesama, dapat kita lihat ketika Iwan mengajak Momo untuk bersekolah lagi dan
tinggal di rumah Iwan melihatkan bahwa Iwan tidak lupa dengan orang – orang
yang membutuhkan yang berada di sekitar dia dan mensyukuri nikmat yang telah di
berikan allah.
Kesimpulan :
Kebahagian
akan di dapat ketika kita dapat memebantu orang yang membutuhkan pertolongan
kita.
Sumber :
Bina Bahasa dan
Sastra Indonesia kelas IV: Erlangga
http://melatiwijayanti.blogspot.com/2008/12/contoh-cerpen.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar