Jumat, 30 Maret 2012

MASALAH KEJIWAAN


                                                              SKIZOFRENIA


A . Pengertian Skizofrenia
  
     Skizofrenia merupakan suatu jenis penyakit yang mengganggu psikis fungsional berupa gangguan mental berulang – ulang yang di tandai dengan gejala – gejala psikotik yang khas dan kemunduran fungsi sosial, kerja, dan perawatan diri, skizofrenia tipe satu biasanya ditandai dengan menonjolkan gejala – gejala berupa halusinasi , delusi dan longgarnya asosiasi dan pada tipe dua di temukan gejala - gejala berupa penarikan diri dari masyarakat, apati, dan perawatan diri yang buruk.

     Gangguan kejiwaan skizofenia juga merupakan salah satu penyakit yang cenderung berkelanjutan, oleh karena itu penyakit skizofrenia membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pengobatannya, dengan perkembangan dalam metode kesehatan pada saat sekarang ini penyakit skizofrenia dapat diobati dengan berbagai macam terapi, sehingga penderita tidak lagi mengalami pemasungan atau perawatan di rumah sakit jiwa dalam proses pengobatannnya.

B. Gejala yang dialami skizofrenia

    Gejala yang dialami penderita skizofrenia sangat bervariasi diantaranya :

a. Gejala Positif

- Gangguan Persepsi

- Gangguan Delusi

- Gangguan Prilaku

b. Gejala Negatif

- Motivasi yang Rendah

- Menarik Diri dari Masyarakat

c. Gejala Kognitif

C. Faktor penyebab penyakit gangguan kejiwaan

     Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan kejiwaan baik yang berhubungan dengan skizofrenia, menurut dr. Luh Ketut Surya gangguan kejiwaan disebabkabkan beberapa faktor diantaranya faktor biologik, psikologik dan sosialbudaya.

a. Faktor Biologik
    Untuk membuktikan bahwa gangguan jiwa adalah suatu penyakit seperti kriteria penyakit dalam ilmu kedokteran, para psikiater mengadakan banyak penelitian di antaranya mengenai kelainan-kelainan neutransmiter, biokimia, anatomi otak, dan faktor genetik yang ada hubungannya dengan gangguan jiwa.

    Gangguan mental sebagian besar dihubungkan dengan keadaan neuttransmiter di otak, misalnya seperti pendapat Brown et al, 1983, yaitu fungsi sosial yang kompleks seperti agresi dan perilaku seksual sangat dipengaruhi oleh impuls serotonergik ke dalam hipokampus.

    Demikian juga dengan pendapat Mackay, 1983, yang mengatakan noradrenalin yang ke hipotalamus bagian dorsal melayani sistem monoamine di limbokortikal berfungsi sebagai pemacu proses belajar, proses memusatkan perhatian pada rangsangan yang datangnya relevan dan reaksi terhadap stres. Pembuktian lainnya yang menyatakan bahwa gangguan jiwa merupakan suatu penyakit adalah di dalam studi keluarga.

    Pada penelitian ini didapatkan bahwa keluarga penderita gangguan efektif, lebih banyak menderita gangguan afektif daripada skizofrenia (Kendell dan Brockington, 1980), skizofrenia erat hubungannya dengan faktor genetik (Kendler, 1983).

    Tetapi psikosis paranoid tidak ada hubungannya dengan faktor genetik, demikian pendapat Kender, 1981). Walaupun beberapa peneliti tidak dapat membuktikan hubungan darah mendukung etiologi genetik, akan tetapi hal ini merupakan langkah pertama yang perlu dalam membangun kemungkinan keterangan genetik.

    Bila salah satu orangtua mengalami skizofrenia kemungkinan 15 persen anaknya mengalami skizofrenia. Sementara bila kedua orangtua menderita maka 35-68 persen anaknya menderita skizofrenia, kemungkinan skizofrenia meningkat apabila orangtua, anak dan saudara kandung menderita skizofrenia (Benyamin, 1976).

    Pendapat ini didukung Slater, 1966, yang menyatakan angka prevalensi skizofrenia lebih tinggi pada anggota keluarga yang individunya sakit dibandingkan dengan angka prevalensi penduduk umumnya.

b. Faktor Psikologik
    Hubungan antara peristiwa hidup yang mengancam dan gangguan mental sangat kompleks tergantung dari situasi, individu dan konstitusi orang itu. Hal ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan tetangga selama periode stres.

    Struktur sosial, perubahan sosial dan tigkat sosial yang dicapai sangat bermakna dalam pengalaman hidup seseorang. Kepribadian merupakan bentuk ketahanan relatif dari situasi interpersonal yang berulang-ulang yang khas untuk kehidupan manusia.

    Perilaku yang sekarang bukan merupakan ulangan impulsif dari riwayat waktu kecil, tetapi merupakan retensi pengumpulan dan pengambilan kembali. Setiap penderita yang mengalami gangguan jiwa fungsional memperlihatkan kegagalan yang mencolok dalam satu atau beberapa fase perkembangan akibat tidak kuatnya hubungan personal dengan keluarga, lingkungan sekolah atau dengan masyarakat sekitarnya.

    Gejala yang diperlihatkan oleh seseorang merupakan perwujudan dari pengalaman yang lampau yaitu pengalaman masa bayi sampai dewasa.

c. Faktor Sosialbudaya

   Gangguan jiwa yang terjadi di berbagai negara mempunyai perbedaan terutama mengenai pola perilakunya. Karakteristik suatu psikosis dalam suatu sosialbudaya tertentu berbeda dengan budaya lainnya.

   Adanya perbedaan satu budaya dengan budaya yang lainnya, menurut Zubin, 1969, merupakan salah satu faktor terjadinya perbedaan distribusi dan tipe gangguan jiwa. Begitu pula Maretzki dan Nelson, 1969, mengatakan bahwa alkulturasi dapat menyebabkan pola kepribadian berubah dan terlihat pada psikopatologinya.

   Pendapat ini didukung pernyataan Favazza (1980) yang menyatakan perubahan budaya yang cepat seperti identifikasi, kompetisi, alkulturasi dan penyesuaian dapat menimbulkan gangguan jiwa. Selain itu, status sosial ekonomi juga berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa Goodman (1983) yang meneliti status ekonomi menyatakan bahwa penderita yang dengan status ekonomi rendah erat hubungannya dengan prevalensi gangguan afaktif dan alkoholisma.

D. Pengobatan penyakit kejiwaan terutama skizofrenia
     Tiga dari empat penderita skizofrenia dapat mengalami perbaikan dan dapat melakukan aktivitas sehari – hari dengan normal, saat ini dikenal beberapa cara penanganan skizofrenia diantaranya :

- Pengobatan dengan Anti Psikotik
   Pemberian obat anti psikotik dapat menolong penderita untuk mengendalikan gejala – gejala skizofrenia, ada berbagai macam jenis anti psikotik yang dapat diberikan tergantung gejala yang ada pada penderita.

- Psikoterapi, Rehabilitasi dan Dukungan
   Psikoterapi menolong pasien dari gejala fisik yang dirasakan seperti : kecemasan, panik, fobia, insomnia, defresi, gangguan dalam berhubungan dengan orang lain dan gangguan psikoseksual.

   Rehabilitasi dan dukungan yang baik juga akan sangat membantu dalam penyembuhan skizofrenia, dapat mencegah kekambuhan, membantu pasien tetap berobat dan membantu pasien kembali ke kehidupan normal.






Sumber :


http://www.scribd.com/dirsanti/d/57612748-terapi-skizofrenia

http://www.resep.web.id/kesehatan/mengenal-penyakit-skizofrenia-salah-satu-gangguan-psikosis-fungsional.htm

trafficking&catid=89:info&Itemid=118

http://www.santosa-hospital.com/document/janganbiarkan_drrachmat_5_page_18.pdf

http://www.gugustugastrafficking.org/index.php?option=com_content&view=article&id=250:faktor-faktor-penyebab-gangguan-jiwa-pada-korban-trafficking&catid=89:info&Itemid=118








Tidak ada komentar:

Posting Komentar